Sunday, February 05, 2012

Epos..energi positif..

Ir Jamil Azzaini MM
> Menuai Kebaikan dari Epos
>
>
> Syarat untuk meraih rizki dan menolak bala' (bencana, red), ternyata tak
> terlalu sulit. Tidak percaya? tanya saja pada trainer senior pada Kubik
> Leadership Training, Ir Jamil Azzaini MM. Ia mempunyai kiat khusus untuk
> itu, yaitu memperbanyak Epos, kependekan dari energi positif. ''Dengan
> begitu, maka maka kebaikan pun akan banyak datang,'' tutur Jamil yang
> juga direktur Dompet Dhuafa Republika (DD) ini.
>
> Jamil tak sedang berteori apalagi berangan-angan. Dampak positif dari
> pesan tersebut sudah dialaminya berkali-kali. Karena, semakin banyak
> epos yang dilakukan seseorang, maka sesungguhnya ia telah menabung
> begitu banyak kebaikan yang justru akan kembali kepada dirinya. Begitu
> sebaliknya, semakin banyak energi negatif yang ditebar seseorang, maka
> ia sesungguhnya sedang menanti keburukan yang pasti suatu saat
> dialaminya.
>
> Tak berapa lama setelah bencana Tsunami terjadi, muncul keinginan kuat
> pada diri pria kelahiran Kutoarjo-Purworejo Jawa Tengah 9 Agustus 1968
> ini, untuk membantu saudara-saudaranya di Nanggroe Aceh Darussalam
> (NAD). Terutama, dalam mengembalikan semangat hidup di kalangan para
> guru. Untuk tugas kemanusiaan itu, ia merelakan kehilangan tiga kali
> pertemuan training yang kontraknya senilai satu sepeda motor terbaru.
>
> Di NAD, dengan keikhlasan yang amat tinggi semata menggapai ridho Allah
> membangkitkan semangat hidup para guru. Suami dari Dwi Riani Julyastuti
> ini tak kenal lelah menemui para korban bencana Tsunami dan
> membimbingnya untuk bangkit. Ia tak menyangka kerjanya diamati oleh
> seorang direktur di sebuah bank syariah. Ujung-ujungnya, sang direktur
> memintanya melakukan training kepada sejumlah karyawannya di Jakarta.
>
> Keajaiban tak hanya berhenti sampai di situ. Begitu selesai memberikan
> training pada para karyawan tersebut, ayah empat anak ini pun harus
> menandantangani kontrak untuk melakukan training di cabang bank yariah
> tersebut di seluruh Indonesia. ''Alhamdulillah, nilai kontraknya bisa
> membeli sejumlah motor baru,'' candanya.
>
> Kali lain, Jamil bersama keluarga pergi ke Lampung dan tidak membawa
> kendaraan. Waktu turun di Pelabuhan Bakauheuni yang ada hanya manusia
> dan tidak ada bis satu pun. Waktu itu masih pukul 06.30 WIB.
> Ia tanya sama polisi, ''Pak, kalau saya ikut antri, jam berapa
> dapatnya?'' Polisi itu menjawab, ''Mungkin kalau melihat orang segitu
> banyak sekitar pukul 17.00 WIB baru bisa dapat kendaraan.'' Mendengar
> jawaban itu, Jamil pun lalu melayani orang lain. Misalnya, ada orang
> yang kelihatan mengantuk ia tawari kopi dan ia sendiri yang membelinya.
> Orang yang belum sarapan pagi, ia tawari teh dan mi instan. ''Setelah
> itu apa yang terjadi? 15 menit kemudian ada polisi wanita menawarkan,
> ''Bapak yang istrinya bawa bayi? Mari ikut saya.'' Akhirnya, ia diantar
> bis yang ditunjuk Polwan itu sampai Bandar Lampung.
> Jamil pun semakin yakin bahwa ''Apapun kebaikan yang kita lakukan pasti
> akan berbuah termasuk kita berbuat keburukan apapun pasti kita akan
> mendapatkan hasilnya.''
>
> Ia menceritakan "berkah" dari perbuatan negatifnya. Saat itu, sang istri
> jatuh sakit dalam kondisi hamil. Upaya medis yang dilakukan nihil.
> Selesai shalat, ia mengadu, ''Ya Allah ya Tuhanku, gerangan energi
> negatif apa yang pernah aku lakukan. Maksiat apa yang pernah aku lakukan
> sehingga kau uji aku dengan penyakit ini.''
> Setelah berdoa, tiba-tiba ia ingat kejadian beberapa puluh tahun yang
> lalu saya masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar pernah mencuri
> uang ibu Rp 125. Kok ingatnya itu. ''Jangan-jangan energi negatif ini
> yang menghalangi sehingga penyakit istri saya tidak ketahuan,''
> batinnya. Kemudian ia menelepon ibunya untuk mengingatkan
> "kejahatan"-nya di masa kecil. ''Ibu saya bilang, karena uang itu mama
> tidak bisa bayar hutang lalu mama dicaci maki di depan banyak orang. Ia
> bersumpah, pokoknya kualat yang mengambil uang itu.''
> Ia mengaku dosa pada ibunya melalui telepon. Sang mama memaafkan, dan
> mendoakan istrinya cepat sembuh. Kejaiban pun datang lagi. Pukul 12.45
> WIB di hari yang sama ia mendapat telepon yang mengabarkan sakit
> istrinya sudah ditemukan, yaitu infeksi pankreas. ''Dan, saya semakin
> yakin bahwa kalau kita menebar energi negatif maka kita akan memperolah
> hasil yang negatif tapi kalau kita menebar energi positif, maka hasilnya
> adalah positif. Makanya yang tertanam pada saya adalah epos, epos, dan
> epos. ''
>
> Dalam bentuk apa epos diwujudkan? banyak caranya, menurut Jamil. Senyum
> salah satunya. Juga sapaan lembut sepulang kerja kepada anak dan istri.
> Namun, energi positif yang besar adalah ketika kita mengajarkan ilmu.
> ''Makanya ketika saya sedang mengisi training sangat senang karena
> ketika saya mengajarkan ilmu yang hadir seratus orang maka saya akan
> mendapat kiriman energi positif dari seratus orang.''
>
> Efek karambol pun terjadi di sini. ''Misalnya yang seratus menyampaikan
> lagi masing-masing kepada lima orang maka saya mendapat kiriman energi
> positif dari lima ratus orang.'' Keberuntungan, menurut Jamil, adalah
> bentuk pencairan energi positif kita. Sebaliknya, kemalangan merupakan
> bentuk pencairan energi negatif. ''Makanya dalam Islam kalau ada orang
> sakit dosanya berkurang. Berarti ada tabungan energi negatif yang akan
> berkurang. Cuma supaya energinya dapat setiap perbuatan yang kita
> lakukan harus ada kesadaran hubungan dengan Allah. 'Ya Allah, ini aku
> lakukan dalam rangka pengabdian dengan-Mu', begitulah.''
>
> Menurut Jamil, yang harus dipikirkan terus adalah memberi, bukan
> menerima. ''Apa yang sudah diberikan untuk anak saya? Apa yang bisa
> diberikan kepada isteri saya? Apa yang bisa berikan kepada teman saya?
> Pokoknya tidak bertanya: apa yang saya dapat dari Anda? Apa yang saya
> dapat dari istri? Apa yang saya dapat dari tetangga saya? Kalau itu yang
> kita pikirkan, maka kegelisahanlah yang ada dalam hidup kita.''
>

No comments: