ini ada artikel, lumayan untuk menggugah dan membuka mata hati kita, agar mata dan telinga bisa melihat dan mendengar.
Subhanallah, sungguh merupakan suatu karunia yang teramat besar apabila kita mendapat anugerah menjadi salah satu sosok hamba Allah yang terpilih sebagaimana yang Allah sebutkan dalam ayat di atas. Masalahnya adalah, untuk menjadi manusia yang senantiasa terbimbing dengan CAHAYA (Nur Ilahi) itu ternyata tidak mudah, yang jelas banyak liku-liku dan rintangannya. Para Nabi dan Rasul-pun dalam perjalanan hidupnya juga tidak lepas dari ujian dan cobaan sehingga sampai nyata (jelas) tentang bukti keimanannya di hadapan Rabb-Nya.
Bila kita amati betul, saat ini seakan-akan dunia telah terbungkus dengan berbagai kemewahan dan kegemerlapan yang sesaat sehingga wajah dunia justru tidak semakin terang dan ramah tetapi seakan-akan tertutup awan atau salju (gelap gulita) dan menyeramkan, sehingga yang ada bagaikan kembali ke zaman prasejarah. Kehidupan manusia tak ubahnya seperti kehidupan di hutan belantara, yang kuat menindas yang lemah, penguasa zalim kepada rakyatnya, hukum dan keadilan tidak ditegakkan, kemaksiatan dan kemunkaran terjadi hampir terjadi di semua tatanan kehidupan masyarakat, sikap dan perilaku masyarakat yang sudah kehilangan sopan santun, etika dan tata krama, dsb.
Bila planet bumi ini banyak dipenuhi oleh orang-orang yang mempunyai perilaku seperti di atas maka sudah dapat dipastikan keberkahan hidup akan jauh panggang dari api, dan kemaksiatan akan merajalela dimana-mana.
Bermata Tapi Tak Melihat, Bertelinga Tapi Tak Mendengar.
Sekarang ini banyak orang yang mempelajari al Qur’an, tetapi hanya sedikit yang mampu menjadikannya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Fakta ini tentunya menggugah hati kita untuk bertanya, kenapa terjadi hal yang demikian. Rasanya tidaklah berlebihan kalau kita ambil kesimpulan bahwa salah satu sebab yang dominan mengapa orang itu tidakdapat memasukkan ayat-ayat al Qur’an ke dalam hati sanubarinya, karena ia hanya mampu memahai al Qur’an dengan otaknya, tetapi ia tidak mampu membuat al Qur’an menembus ke dalam jiwanya.
Marilah kita mencoba mencari tahu mengapa orang dapat memahami al Qur’an, tetapi tidak mampu membuat al Qur’an tu menembus masuk ke dalam hati sanubarinya.
Allah telah berfirman: “Sesunguhnya al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (QS al-Israa’ :17:9). “Kitab (al Qur’an) ini tidak ada kerauan adanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah :2 :2). “al Qur’an ini adalah pedoman bai manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS. Al-Jaatsiyah :45: 20). “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepaa Allah, niscaya Dia akan memebrikan kepadamu ketajaman (cahaya) penglihatan.” (QS. Al-Anfal :8 : 29).
Dari ayat-ayat Allah di atas, jelas sekali dikatakan bahwa al Qur’an itu hanya bermanfaat bagi orang yang bertaqwa. Artinya, hanya orang yang bertaqwa sajalah yang dapat menjadikan al Qur’an itu sebagai pedoman hidup yang bermanfaat dalam mencapai kebahagiaan. Keadaan ini dapat diibaratkan dengan CAHAYA. Tentunya tidak ada yang dapat membantah bahwa CAHAYA itu sangat diperlulan oleh manusia betapapun kecil pancaran sinarnya. Tetapi tidak semua manusia dapat memanfaatkan CAHAYA bagi kehidupannya. Hanya orang yang melihat saja yang dapat memanfaatkan CAHAYA. Sedangkan bagi orang buta ia hanya tahu bahwa CAHAYA itu membuat sesuatu menjadi indah, tetapi ia sendiri tidak dapat memanfaatkan CAHAYA itu dalam kehidupannya.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bila kita sering melanggar aturan-Nya (sebagai lawannya dari sikap bertaqwa) maka kita tidak akan mungkin dapat mengambil manfaat dari al Qur’an secara optimal; kita hanya dapat memahami al Qur’an tetapi tidak dapat menancapkannya dalam hati sanubari dan menjadikannya keyakinan yang haqqul yakin. Keadan ini ibarat kata pepatah “bermata tapi melihat, bertelinga tapi tak mendengar.” Inilah sebenarnya bahaya terbesar dari sikap yang melanggar aturan main-Nya!.
“Apa yang telah mereka kerjakan itu menjadi karat (kotoran) bagi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifiin : 83 : 14).
“Hati manusia pertama kalinya adaah seperti CERMIN, bersih dan cemerlang. Ketika ia berbuat dosa, satu bintik hitam muncul, dan semakin banyak ia berbuat dosa, semakin banyak bintik hitam, an tak ada sat pagi atau satu malam pun berlalu tanpa dosa terhadap Tuhan.” (al Hadits).
“Sesungguhna beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesunguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams :91 : 9-10)
Kita berlindung kepada Allah dari butanya mata hati dan tulinya telinga sehingga hidayah (Cahaya Iman) tidak masuk ke dalam relung hati, dan semoga kita juga tidak termasuk golongan hamba-hamba-Nya yang lalai, amin. (Ibn S/Red & Admin/15/01/10)
No comments:
Post a Comment